Styrofoam atau polystyrene menjadi bahan paling populer yang digunakan untuk kemasan bahan makanan, buah-buahan, sayuran, daging dan makanan siap saji. Hampir semua produk pertanian yang dijual di supermarket dikemas dengan styrofoam. Selain bentuknya yang manis dan ringan, styrofoam juga mampu mempertahankan panas/ dingin, mempertahankan kesegaran dan keawetan serta keutuhan barang yang dikemas dengan biaya murah. Juga bentuknya tetap, tidak akan berubah seperti kardus atau karton yang cenderung akan menjadi tidak rapi bila terlalu lama digunakan. Styrofoam mampu mempertahankan bentuknya dan tidak mudah melengkung dll.
Namun akhir-akhir ini styrofoam menjadi bahan yang dianggap berbahaya karena konon residunya mengandung bahan karsinogenik ( menyebabkan kanker ) dan menyebabkan penyakit yang disebut Endocrine Disrupter (EDC), yaitu sejenis penyakit gangguan pada sistem endokrin
Mengapa Styrofoam berbahaya???
Styrene, bahan aktif yang terkandung di dalam styrofoam diproses dengan menggunakan benzena ( benzene ), benzene merupakan senyawa organik yangmemiliki rumus kimia C6H6, merupakan hidrokarbon siklik, tidak berwarna dan sangat mudah terbakar. Digunakan sebagai bahan aditif bensin serta bahan kimia industri dasar termasuk obat, plastik, karet sintetis dan pewarna
Benzena mmiliki efek kesehatan yang buruk bila masuk ke dalam tubuh mahluk hidup. Diantaranya akan mengganggu fungsi kelenjar tyroid, mengganggu sistem saraf yang berdampak pada kelelahan, mempercepat detak jantung, mengakibatkan sulit tidur, badan gemetaran bahkan dalam beberapa kasus dapat menyebabkan hilangnya kesadaran.
Benzena yang masuk ke dalam tubuh mahluk hidup ( manusia ) akan terbawa aliran darah menju sumsum tulang, akibatnya pembentukan sel darah merah akan terhambat dan menyebabkan penyakit anemia. Efek lain dari benzena adalah pengaruhnya terhadap sistem imun ( kekebalan ), mengganggu kehamilan dan menyebabkan kanker
WHO dan EPA ( Environment protection Agency ) telah mengkategorikan styrofoam se bagai bahan karsinogen. Zat kimia yang terkandun di dalam styrofoam akan masuk ke dalam makanan/ minuman. Faktor kandungan lemak, kandungan alkohol, asam dan panas akan mempercepat perpindahan zat tersebut. Tak heran jika sejak beberapa tahun yang lalu Mc. Donal telah menghentikan pemakaian styrofoam.
Pengembangan Styrofoam yang Ramah lingkungan
Mengingat tingginya tingkat efektivitas dan efisiensi dalam penggunaan styrofoam, pengembangan styrofoam yang ramah lingkungan dengan produk yang disebut Oxodegradable Styrofoam. Styrofoam membutuhkan waktu lebih dari 1000 tahun untuk dapat diuraikan, namun dengan penambahan oxium dalam polystyrene, bahan ini dapat terdegradasi dalam jangka waktu hanya 4 tahun. Oxodegradable Styrofoam telah mendapat sertifikat " Green lable " dan telah memenuhi regulasi BPOM.
oxium merupakan zat aditif yang ditambahkan dalam polystyrene yang mampu mempercepat terjadinya proses degradasi. Penambahan oxium menjadikan polystyrene bersifat oxodegradable, yaitu terdegenerasi melalui mekanisme oksidasi yang dipicu adanya UV, panas, cahaya, oksigen dan mechanical stress. Konsep tersebut telah diaplikasikan dalam pembuatan tas kresek/ shopping bag yang mampu terdegradasi selama 2 tahun.
Degradasi menyebabkan penurunan kekuatan tarik sehingga polystyrene menjadi brittle ( rapuh ), cracking ( retak) terfragmentasi menjadi bagian-bagian kecil ( bubuk/ powder ). Fase akhir dari proses degenerasi akan menghasilkan CO2, air dan biomassa yang akan kembali ke alam. Pada dasarnya polystyrene merupakan rantai hidrokarbon yang bersifat organik seperti halnya karbohidrat, namun ia memiliki mata rantai yang sangat panjang sehingga sulit bagi mikroba untuk dapat menguraikannya. Oxium akan memperpendek ranta dan mempercepat penguraian oleh mikroba.
makasih mbak infonya,,,
BalasHapusvisit ya,,,,
http://jagoanbelajarprimamedica.blogspot.com/