Jumat, 22 April 2011

Wabah Ulat Bulu: Gejala Ketidakseimbangan Ekosistem



Sejak beberapa minggu siaran berita di televisi dipenuhi dengan berita tentang wabah ulat bulu di bebarapa daerah di Jawa Timur dan bahkan sekarang merambah ke ibukota, Jakarta, Pati dan Purwodadi. Terakhir kota Kebumen pun menjadi sasaran. Kiranya bencana tak juga berhenti melanda negri tercinta. Beberapa orang mengkaitkan gejala alam ini dengan azab dan hukuman dari Tuhan Yang Maha Kuasa atas sikap manusia yang mengabaikan dan bahkan semena-mena terhadap alam. Sah-sah saja bagi mereka yang melihat wabah ini dari sudut pandang agama, kepercayaan bahkan mungkin mistis. 

Namun sebagai bagian masyarakat pendidikan saya berusaha mengupas fenomena alam ini dikaitkan dengan ilmu pengetahuan. Memang benar adanya, semua kejadian di alam yang merugikan manusia  semua berawal dari perbuatan manusia juga. Kerusakan lingkungan yang mengganggu keseimbangan ekosistem, perburuan liar, penebangan liar, membuang sampah sembarangan. Semua adalah ulah manusia yang disadari atau tidak telah menjadi biang kerusakan dan ketimpangan ekosistem



Ekosistem merupakan satu kesatuan antara mahluk hidup dengan lingkungannya. ekosistem yang dikatakan seimbang adalah apabila semua komponen baik biotik maupun abiotik berada pada porsi yang seharusnya baik jumlah maupun peranannya dalam lingkungan. Dalam ekosistem terdiri dari komponen biotik (mahluk hidup ) dan abiotik (lingkungan ). Komponen biotik terdiri dari produsen, konsumen, pengurai, detrivor (pemakan detritus), scavanger ( pemakan bangkai )dll. Semua harus berada alam porsi jumlah masing-masing. Dalam ekosistem terjadi peristiwa makan memakan yang kita sebut dengan istilah Rantai Makanan. Idealnya dalam sebuah rantai makanan jumlah masing-masing anggotanya harus sesuai dengan aturan ekosistem. 

Ambillah contoh rantai makanan berikut:




Tumbuhan hijau adalah produsen, ulat konsumen I dan burung konsumen II. Umumnya jumlah produsen selalu lebih banyak daripada konsumen I dan seterusnya agar terjadi keseimbangan ekosistem. Dalam kasus wabah ulat bulu, rantai makanan terganggu pada tingkat konsumen II. Burung/ atau mahluk hidup lain yang berperan sebagai predator ulat bulu mengalami penurunan drastis. Akibatnya karena jumlah predatornya menurun drastis, maka jumlah ulat bulu meningkat drastis. Jika jumlah ulat bulu meningkat drastis, otomatis berpengaruh dengan keadaan produsen.

Jumlah produsen akan semakin menurun dan menurun, akibatnya persediaan makanan bagi ulat semakin berkurang. Itulah yang menyebabkan di Purbolinggo ulat-ulat mulai turun dan memasuki wilayah hidup manusia. Sehingga ulat bulu merambah kemana-mana, baik di rumah warga, masjid, sekolah dan sarana umum yang lain. Lebih jauh mereka bahkan merambah ke daerah lain. Sehingga kita mendengar kabar dari televisi, di Purbolinggo sampai meluas ke 8 kecamatan.

Predator ulat bulu adalah beberapa jenis burung seperti prenjak, jalak dan cinenen, telah diburu besar-besaran untuk diperjual belikan. Berdasarkan penelitian, jumlah predator tersebut di alam telah menurun sebesar kurang lebih 80 persen. Penurunan jumlah predator inilah yang memicu kenaikan besar-besaran jumlah populasi ulat bulu di alam.

Predator lain dari ulat bulu adalah sejenis serangga yang menyerupai lebah, yaitu Brachymeria. Brachimeria merupakan kelompok Arthropoda dari kelas insecta ( serangga ), satu ordo dengan lebah ( Hymenoptera ).

Brachymeria
Selain itu juga jenis serangga yang lain seperti Trychorgrama dan lebah. Sayangnya jumlah predator-predator tersebut menurun drastis akibat perubahan cuaca di Indonesia yang terlalu lembab. Mereka tidak mampu hidup dalam cuaca yang terlalu lembab. Anomali cuaca yang terjadi di Indonesia belakangan ini salah satunya juga disebabkan oleh perubahan iklim global sebagai dampak dari berkurangnya pohon sebagai pengendali iklim global akibat dari kegiatan ilegal logging yang terus saja dilakukan ( lagi-lagi ulah manusia... ><!!!)

Seperti reaksi berrantai, semua fenomena alam yang terjadi dan merugikan manusia sebenarnya adalah dampak dari perbuatan manusia itu sendiri. Efek berrantainya mungkin tidak akan berhenti sampai disini saja. kalau tidak segera kita hentikan tinggal wait and see aja...lihat bencana apa lagi yang segera akan melanda  negeri kita,,

1 komentar: